Sosok kelahiran Kuningan, 7 Mei 1969 ini adalah seorang
intelektual muda dan akademisi handal yang dimiliki oleh Indonesia saat ini.
Tak heran rasanya Bapak Presiden Jokowi memilih beliau menjadi seorang Menteri
Pendidikan (Dasar dan Menengah) dan Kebudayaan Republik Indonesia yang ke 26.
Dia lebih dulu dikenal sebagai Rektor termuda Indonesia dengan memimpin
Universitas Paramadina dan menginisiasi serta mendukung gerakan sosial seperti
Indonesia Mengajar, Indonesia Menyala, dan Kelas Inspirasi.
Saya mulai mengenal Anies Baswedan semenjak beliau mengisi
beberapa forum bergengsi seperti TEDx. Dari sanalah saya mulai mengagumi
pemikiran dan gerakan beliau seperti Indonesia Mengajar. Disana saya belajar
bahwa pendidikan dan pengabdian tak bisa dipisahkan, terlebih dengan kondisi
sosial dan pendidikan di Indonesia yang masih buruk dan timpang di
daerah-daerah tertinggal.
Saya lebih terkesan ketika beliau mengajukan diri sebagai
peserta Konvensi Partai Demokrat. Di sana saya disadarkan oleh sebuah konsep
Turun Tangan. Masalah di Indonesia sudah cukup banyak dan kita pun secara sadar
atau tidak sering ikut serta dalam mengutuk kondisi yang tidak ideal tersebut.
Stok orang untuk menghujat sudah cukup banyak, namun stok orang untuk mengatasi
masalah tersebut yang kering kerontang. Dan masalah besar semacam Indonesia tak
cukup diselesaikan oleh satu orang saja, namun kita butuh kerjasama
bareng-bareng untuk mengatasinya.
Dan melalui Anies Baswedan, saya kembali mengingat bahwa
negeri ini masih memiliki janji kemerdekaan. Janji tidak bisa direvisi namun
hanya bisa dilunasi. Dan hingga hari ini, perlindungan, kesejahteraan,
pendidikan dan pergerakan bangsa ini belum maksimal diselesaikan oleh
pemimpin-pemimpin Indonesia. Artinya, kita sebagai generasi penerus bangsa,
masih memiliki tanggung jawab untuk melunasinya hingga akhirnya anak cucu bisa
menikmati hasil karya dan kerja keras kita semua.
Dan melalui Anies Baswedan jugalah, saya ikut aktif turun ke
ranah politik. Bukan mau mencari kekuasaan atau kekayaan. Tetapi nasib bangsa
ada di tangan politik, termasuk pendidikan, kesejahteraan, dan pekerjaan kita
pula nantinya semua pasti memiliki hubungan dengan politik. Jika politik itu
dianggap sebuah tanah yang kotor dan tak layak untuk dihuni, maka selamanya
Indonesia akan dicengkerama oleh orang yang sama, kepentingan yang sama, dan
kondisi yang sama. Maka kita yang mungkin masih bersih dan punya kemampuan
selayaknya ikut merenovasi, merevolusi politik kita ke arah yang lebih baik,
demi kejayaan negeri ini.
Indikator politik sudah bersih adalah suatu saat nanti, kita
dan masyarakat dapat berkata kepada anak cucu “Nak, jadilah politikus macam
beliau. Pintar, Visioner, Tangguh, Bersih, Peduli dan Merakyat. Demi kemajuan
bangsa, demi kebanggaan negeri ini, demi tegaknya bendera Merah Putih kita
tercinta, Indonesia nak. Suatu saat nanti, di tangan kamu nak negeri ini
berada”
Syukur
Ikhsani - 5212100147
Tidak ada komentar:
Posting Komentar