“Can, Cari Tiket Surabaya”

Selasa, 07 Juni 2016


Mimpi

http://kursusjogja.com/bimbingan-belajar-les-privat-kedokteran-di-jogja/

Sedari SMP, saya telah banyak mendengar dari orang tua saya bahwa mereka berdua memiliki keinginan untuk kuliah kedokteran. Namun sayang, mimpi mereka berdua kandas menguap begitu saja. Tragisnya kegagalan mereka saling berseberangan. Ayah saya pintar tapi tak cukup punya uang. Sedangkan ibu saya berkecukupan,namun sayang tak mampu mencapai nilai standar kedokteran.

Sebagai anak yang baik, saya ingin mewujudkan mimpi orang tua. Bercita-cita kedokteran adalah pilihan saya dan kakak. Namun kakak saya menjadi korban keganasan seleksi alam dan usia. Daftar sana-sini untuk jurusan Kedokteran menghasilkan kekecewaan membuat saya belajar satu hal. Mimpi harus sesuai kemampuan akademik dan spesialisasinya. Saya mundur teratur dari mimpi kedokteran karena minat dan nilai dari kimia dan biologi tak pernah bersahabat. Fisika dan matematika favorit saya akhirnya membuat saya memilih jalan baru. Teknik !

Terkapar dalam Perjalanan

sumber : https://www.flickr.com/photos/antobilang/2564688255

SMA adalah masa-masa indah bagi kaum remaja dalam mencari jati diri. Begitu juga saya. Merasa hidup terkekang dan kondisi fisik berbeda membuat saya ingin mencari pengakuan dari lingkungan sekitar. Maka bergabung saya dengan perkumpulan pelajar yang terkenal di SMA. Kekerasan dan penindasan menjadi santapan dalam 3 tahun perjalanan SMA

Keinginan untuk belajar menurun seakan mengantarkan prestasi akademik terjun payung. Rentetan rapor dengan angka gemilang semenjak SD hingga SMP menguap begitu saja di kala SMA. Bahkan rangking pun berputar, jika dulu saya ada di 10 besar teratas, maka SMA saya bisa ada di 10 besar terbawah. Mengerikan

Jika dulu dipanggil guru untuk ikut kejuaraan atau olimpiade, maka di SMA saya dipanggil guru karena kasus penghinaan kepala sekolah dan pembullyan adik kelas. Walau tak terbukti bersalah, semua itu mengantarkan saya pada surat peringatan. Ajaibnya lansung yang KETIGA. Sekali melanggar lagi selesai sudah.

Seperti terpengaruh dengan kelakuan dan prestasi saya, sekolah akhirnya tidak mengikutsertakan saya pada SNMPTN Undangan. Nilai Try-out UN pun jatuh hingga 2 kali nilai saya dinyatakan tidak lulus. Walau saya akhirnya tobat dan berusaha mengejar ketertinggalan hingga di try out ketiga saya berhasil mendapatkan nilai lulus, namun semua seperti tak ada artinya.

H-1 minggu sebelum UN, ada pendalaman khusus yang diberikan sekolah. Setiap siswa dipecah dan digabung sesuai dengan 3 nilai try out yang telah berlansung. Sakit hati melihat saya dimasukkan kelas “spesial” karena dua kali mendapat status merah. Apalagi jika melihat histori SMP saya berada di kelas terdepan membuat saya marah. Marah pada diri sendiri, sekolah, dan segalanya yang membuat saya hancur seperti ini

Jalan Terang itu Nyata


Singkatnya, UN telah selesai. Setelah sedikit istirahat dan liburan, saya lansung menggeber persiapan menuju SNMPTN Tulis. Namun masalah rasanya seperti tak selesai menghampiri. Bimbel saya tiba-tiba bangkrut. Jadwal persiapan yang jauh dari kata ideal dan pengajar yang hanya kepala cabangnya saja untuk beberapa mata pelajaran membuat saya tidak puas. Akhirnya saya memutuskan untuk pindah ke cabang pusat Bimbel tersebut. Walau harus menempuh jarak yang lebih jauh dan biaya yang lebih mahal, tapi kesalahan dan kegagalan tak boleh datang dua kali.

Motivasi untuk membanggakan orang tua memang salah satu stimulan dalam belajar. Apalagi ketika pengumuman SNMPTN Undangan sudah keluar. Kebetulan pengumuman bersamaan dengan kegiatan pemotretan buku tahunan SMA. Di perjalanan pulang, saya bergetar dan malu ketika mendengar teman saya menangis haru ketika mengabarkan ibunya bahwa ia diterima di ITB. Sesampainya di rumah, saya lansung menemui ibu saya untuk meminta maaf belum bisa mengabarkan kabar baik terkait masa depan akademis saya.

SNMPTN Tulis akhirnya dilalui dengan kepercayaan diri tinggi. Saya cukup optimis jaket kuning ada di genggaman. Ya walau pelajaran IPA masih menjadi batu sandungan, tetapi catatan hasil Try Out saya cukup baik sehingga saya sedikit optimis bisa masuk, ya kalau Teknik Sipil tak bisa, minimal Perkapalan dapatlah. Hal ini membuat saya mencoba SIMAK UI dengan perhitungan jurusan yang dipilih adalah pilihan pertama saja dan mencoba masuk Hukum, sesuai dengan saran dan pengalaman kakak saya yang inginnya Kedokteran tetapi malah masuk Hubungan Internasional.

Seperti tak sabar menunggu, pengumuman SNMPTN Tulis dipercepat. Tepat dua hari sebelum SIMAK UI, pengumuman diluncurkan di website nasional dan setiap kampus PTN. Tulisan “Maaf, anda belum beruntung” menghiasi layar pengumuman di komputer saya. Pengumuman ini berefek sangat telak. Perhitungan-perhitungan manis sebelum SIMAK seperti hilang, tawar berujung pada pahit. Tekanan menjadi lebih berat. Kebetulan di rumah keluarga sedang tidak ada menyisakan saya seorang. Makin bingung dan galaunya saya menghadapi SIMAK keesokan harinya.

SIMAK yang kualitas soalnya lebih susah akhirnya menghajar telak. Semua mata pelajaran yang telah dipelajari seakan-akan tidak ada yang keluar. Yang ada hanyalah soal yang tidak saya ketahui atau kuasai. Pasrah saja mengerjakan semua soal sambil berdoa agar peserta lain juga ikut tidak bisa. Tega tapi sudah tak tahu harus berbuat apa lagi.Sepulangnya dari tes SIMAK, saya dijemput keluarga saya yang baru saja pulang dari luar kota. Di mobil itulah kami membicarakan kemungkinan-kemungkinan baru. Jalur mandiri sepertinya menjadi alternatif terbaik. Ada dua kampus yang menyelenggarakan seleksi mandiri yang tid ak membutuhkan belajar lagi,ITS dan UNPAD akhirnya menjadi rujukan berikutnya. Mau ikut tes UIN dan SPMB tetapi jadwal masih lama dan belum mendapat persetujuan. Maka majulah saya ke bank untuk membeli nomor pendaftaran untuk UNPAD dan ITS.

Kedua kampus tersebut hanya meminta kita membayar nomor pendaftaran dan menginputkan nomer peserta SNMPTN Tulis. UNPAD lebih dulu melakukan seleksi. Pilihan Teknik yang sedikit akhirnya membawa saya pada pilihan realistis, Agribisnis dan Hukum. Dan mulailah perjuangan berbuah manis. UNPAD mengumumkan saya menjadi salah satu calon mahasiswanya di jurusan Agribisnis. Alhamdulillah

Karena pendaftaran ulang UNPAD cukup dekat, saya mempersiapkan diri melengkapi berkas-berkas yang diminta UNPAD serta mencari informasi tempat tinggal dan lain-lainnya. Namun saya masih penasaran dengan ITS. Selain banyak jurusan Tekniknya, biaya formulir yang cukup mahal menjadikan saya sangat sayang untuk melewatkannya. Akhirnya saya mendaftarkan diri dengan pilihan jurusan yang terbaik dan favorit saya. Teknik Industri dan Teknik Sipil menjadi pilihan untuk mewujudkan mimpi. Karena pilihannya tiga jurusan, maka saya memilih jurusan Sistem Informasi untuk melengkapinya. Tidak tahu mengapa, tetapi dari profil Jurusan menarik sekali karena saya kebetulan menyukai bidang IT dan jauh dari pelajaran Kimia dan Biologi. Walau keluarga lebih mengarahkan saya pada jurusan yang berbau maritim untuk mengikuti jejak ayah saya, namun saya lebih memilih passion saya. Toh sudah tidak ada tekanan lagi karena sudah dapat Agribisnis di UNPAD. Nothing to lose, dapat alhamdulillah, enggak juga tinggal ke Bandung kan? J

Akhir minggu di tengah menunggu pengumuman ITS dan melengkapi berkas UNPAD, tetiba ibu saya berpesan untuk fokus pada yang sudah didapat saja karena Senin kami sudah harus ke Bandung untuk mendaftar ulang. Kegalauan muncul kembali karena jurusan di ITS lebih bergengsi jika beruntung terpilih. Namun siapa tahu skenario Sang Pencipta, ITS tiba-tiba mempercepat pengumumannya. Dan tak disangka, saya lolos dan diterima di Jurusan Sistem Informasi. Efouria penerimaan kali ini lebih histeris karena saya melompat-lompat kegirangan, berbeda dengan UNPAD yang lebih tenang dan datar. Berita ini lansung saya sampaikan kepada orang tua. Mereka segera mengadakan rapat khusus terbatas berdua untuk memutuskan saya ke Barat atau Timur. Setelah sekitar setengah jam mereka berdiskusi di kamar, akhirnya ayah saya memanggil saya dan berkata...


“Can, cari tiket Surabaya...”



Tahukah kamu?

Sumber : http://briliantapanjol.blogspot.co.id/2011/02/sekilas-tentang-kampus-institut.html

Terkadang manusia butuh untuk jatuh untuk tersadar bahwa dia tak ada apa-apanya di dunia ini. Namun butuh sebuah ketangguhan untuk bisa bangun dari jatuhnya dan menggapai puncak tertinggi yang bisa digapai.

Dan inilah hidup manusia, kita hanya bisa ingin dan berencana, namun semua sudah ada di tangan Sang Empunya Skenario Alam Semesta. Dari mimpi kedokteran hingga menjadi Teknik. Dari Teknik Sipil terjun ke Hukum. Agribisnis berubah haluan menjadi Sistem Informasi memberikan saya pengalaman terhebat dalam menyonsong masa depan yang lebih berat.

Dan percayalah, skenario Allah adalah yang terbaik bagi kita, betapapun manis atau pahit rasanya.

( Syukur Ikhsani, Jakarta, 2015)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2016. Syukur Ikhsani.
Design by Herdiansyah Hamzah. & Distributed by Free Blogger Templates
Creative Commons License