Mimpi
Sedari SMP, saya
telah banyak mendengar dari orang tua saya bahwa mereka berdua memiliki
keinginan untuk kuliah kedokteran. Namun sayang, mimpi mereka berdua kandas
menguap begitu saja. Tragisnya kegagalan mereka saling berseberangan. Ayah saya
pintar tapi tak cukup punya uang. Sedangkan ibu saya berkecukupan,namun
sayang tak mampu mencapai nilai standar kedokteran.
Sebagai anak
yang baik, saya ingin mewujudkan mimpi orang tua. Bercita-cita kedokteran
adalah pilihan saya dan kakak. Namun kakak saya menjadi korban keganasan
seleksi alam dan usia. Daftar sana-sini untuk jurusan Kedokteran menghasilkan
kekecewaan membuat saya belajar satu hal. Mimpi harus sesuai kemampuan akademik
dan spesialisasinya. Saya mundur teratur dari mimpi kedokteran karena minat dan
nilai dari kimia dan biologi tak pernah bersahabat. Fisika dan matematika
favorit saya akhirnya membuat saya memilih jalan baru. Teknik !
Terkapar dalam Perjalanan
![]() |
sumber : https://www.flickr.com/photos/antobilang/2564688255 |
SMA adalah
masa-masa indah bagi kaum remaja dalam mencari jati diri. Begitu juga saya.
Merasa hidup terkekang dan kondisi fisik berbeda membuat saya ingin mencari
pengakuan dari lingkungan sekitar. Maka bergabung saya dengan perkumpulan
pelajar yang terkenal di SMA. Kekerasan dan penindasan menjadi santapan dalam 3
tahun perjalanan SMA
Keinginan untuk
belajar menurun seakan mengantarkan prestasi akademik terjun payung. Rentetan
rapor dengan angka gemilang semenjak SD hingga SMP menguap begitu saja di kala
SMA. Bahkan rangking pun berputar, jika dulu saya ada di 10 besar teratas, maka
SMA saya bisa ada di 10 besar terbawah. Mengerikan
Jika dulu
dipanggil guru untuk ikut kejuaraan atau olimpiade, maka di SMA saya dipanggil
guru karena kasus penghinaan kepala sekolah dan pembullyan adik kelas. Walau
tak terbukti bersalah, semua itu mengantarkan saya pada surat peringatan.
Ajaibnya lansung yang KETIGA. Sekali melanggar lagi selesai sudah.
Seperti terpengaruh
dengan kelakuan dan prestasi saya, sekolah akhirnya tidak mengikutsertakan saya
pada SNMPTN Undangan. Nilai Try-out UN pun jatuh hingga 2 kali nilai saya
dinyatakan tidak lulus. Walau saya akhirnya tobat dan berusaha mengejar
ketertinggalan hingga di try out ketiga saya berhasil mendapatkan nilai lulus,
namun semua seperti tak ada artinya.
H-1 minggu
sebelum UN, ada pendalaman khusus yang diberikan sekolah. Setiap siswa dipecah
dan digabung sesuai dengan 3 nilai try out yang telah berlansung. Sakit hati
melihat saya dimasukkan kelas “spesial” karena dua kali mendapat status merah. Apalagi
jika melihat histori SMP saya berada di kelas terdepan membuat saya marah.
Marah pada diri sendiri, sekolah, dan segalanya yang membuat saya hancur
seperti ini
Jalan Terang itu Nyata
Singkatnya, UN
telah selesai. Setelah sedikit istirahat dan liburan, saya lansung menggeber
persiapan menuju SNMPTN Tulis. Namun masalah rasanya seperti tak selesai
menghampiri. Bimbel saya tiba-tiba bangkrut. Jadwal persiapan yang jauh dari
kata ideal dan pengajar yang hanya kepala cabangnya saja untuk beberapa mata
pelajaran membuat saya tidak puas. Akhirnya saya memutuskan untuk pindah ke
cabang pusat Bimbel tersebut. Walau harus menempuh jarak yang lebih jauh dan biaya
yang lebih mahal, tapi kesalahan dan kegagalan tak boleh datang dua kali.
Motivasi untuk
membanggakan orang tua memang salah satu stimulan dalam belajar. Apalagi ketika
pengumuman SNMPTN Undangan sudah keluar. Kebetulan pengumuman bersamaan dengan
kegiatan pemotretan buku tahunan SMA. Di perjalanan pulang, saya bergetar dan
malu ketika mendengar teman saya menangis haru ketika mengabarkan ibunya bahwa
ia diterima di ITB. Sesampainya di rumah, saya lansung menemui ibu saya untuk
meminta maaf belum bisa mengabarkan kabar baik terkait masa depan akademis
saya.
SNMPTN Tulis akhirnya
dilalui dengan kepercayaan diri tinggi. Saya cukup optimis jaket kuning ada di
genggaman. Ya walau pelajaran IPA masih menjadi batu sandungan, tetapi catatan hasil
Try Out saya cukup baik sehingga saya sedikit optimis bisa masuk, ya kalau
Teknik Sipil tak bisa, minimal Perkapalan dapatlah. Hal ini membuat saya mencoba
SIMAK UI dengan perhitungan jurusan yang dipilih adalah pilihan pertama saja
dan mencoba masuk Hukum, sesuai dengan saran dan pengalaman kakak saya yang
inginnya Kedokteran tetapi malah masuk Hubungan Internasional.
Seperti tak
sabar menunggu, pengumuman SNMPTN Tulis dipercepat. Tepat dua hari sebelum
SIMAK UI, pengumuman diluncurkan di website nasional dan setiap kampus PTN. Tulisan
“Maaf, anda belum beruntung” menghiasi layar pengumuman di komputer saya.
Pengumuman ini berefek sangat telak. Perhitungan-perhitungan manis sebelum
SIMAK seperti hilang, tawar berujung pada pahit. Tekanan menjadi lebih berat.
Kebetulan di rumah keluarga sedang tidak ada menyisakan saya seorang. Makin
bingung dan galaunya saya menghadapi SIMAK keesokan harinya.
SIMAK yang kualitas
soalnya lebih susah akhirnya menghajar telak. Semua mata pelajaran yang telah
dipelajari seakan-akan tidak ada yang keluar. Yang ada hanyalah soal yang tidak
saya ketahui atau kuasai. Pasrah saja mengerjakan semua soal sambil berdoa agar
peserta lain juga ikut tidak bisa. Tega tapi sudah tak tahu harus berbuat apa
lagi.Sepulangnya dari tes SIMAK, saya dijemput keluarga saya yang baru saja
pulang dari luar kota. Di mobil itulah kami membicarakan
kemungkinan-kemungkinan baru. Jalur mandiri sepertinya menjadi alternatif
terbaik. Ada dua kampus yang menyelenggarakan seleksi mandiri yang tid ak
membutuhkan belajar lagi,ITS dan UNPAD akhirnya menjadi rujukan berikutnya. Mau
ikut tes UIN dan SPMB tetapi jadwal masih lama dan belum mendapat persetujuan.
Maka majulah saya ke bank untuk membeli nomor pendaftaran untuk UNPAD dan ITS.
Kedua kampus
tersebut hanya meminta kita membayar nomor pendaftaran dan menginputkan nomer
peserta SNMPTN Tulis. UNPAD lebih dulu melakukan seleksi. Pilihan Teknik yang
sedikit akhirnya membawa saya pada pilihan realistis, Agribisnis dan Hukum. Dan
mulailah perjuangan berbuah manis. UNPAD mengumumkan saya menjadi salah satu
calon mahasiswanya di jurusan Agribisnis. Alhamdulillah
Karena
pendaftaran ulang UNPAD cukup dekat, saya mempersiapkan diri melengkapi
berkas-berkas yang diminta UNPAD serta mencari informasi tempat tinggal dan
lain-lainnya. Namun saya masih penasaran dengan ITS. Selain banyak jurusan
Tekniknya, biaya formulir yang cukup mahal menjadikan saya sangat sayang untuk
melewatkannya. Akhirnya saya mendaftarkan diri dengan pilihan jurusan yang
terbaik dan favorit saya. Teknik Industri dan Teknik Sipil menjadi pilihan
untuk mewujudkan mimpi. Karena pilihannya tiga jurusan, maka saya memilih
jurusan Sistem Informasi untuk melengkapinya. Tidak tahu mengapa, tetapi dari
profil Jurusan menarik sekali karena saya kebetulan menyukai bidang IT dan jauh
dari pelajaran Kimia dan Biologi. Walau keluarga lebih mengarahkan saya pada
jurusan yang berbau maritim untuk mengikuti jejak ayah saya, namun saya lebih
memilih passion saya. Toh sudah tidak ada tekanan lagi karena sudah dapat
Agribisnis di UNPAD. Nothing to lose, dapat alhamdulillah, enggak juga tinggal
ke Bandung kan? J
Akhir minggu di
tengah menunggu pengumuman ITS dan melengkapi berkas UNPAD, tetiba ibu saya berpesan
untuk fokus pada yang sudah didapat saja karena Senin kami sudah harus ke
Bandung untuk mendaftar ulang. Kegalauan muncul kembali karena jurusan di ITS
lebih bergengsi jika beruntung terpilih. Namun siapa tahu skenario Sang
Pencipta, ITS tiba-tiba mempercepat pengumumannya. Dan tak disangka, saya lolos
dan diterima di Jurusan Sistem Informasi. Efouria penerimaan kali ini lebih
histeris karena saya melompat-lompat kegirangan, berbeda dengan UNPAD yang
lebih tenang dan datar. Berita ini lansung saya sampaikan kepada orang tua.
Mereka segera mengadakan rapat khusus terbatas berdua untuk memutuskan saya ke
Barat atau Timur. Setelah sekitar setengah jam mereka berdiskusi di kamar,
akhirnya ayah saya memanggil saya dan berkata...
“Can, cari tiket
Surabaya...”
Tahukah kamu?
Sumber : http://briliantapanjol.blogspot.co.id/2011/02/sekilas-tentang-kampus-institut.html |
Terkadang
manusia butuh untuk jatuh untuk tersadar bahwa dia tak ada apa-apanya di dunia
ini. Namun butuh sebuah ketangguhan untuk bisa bangun dari jatuhnya dan
menggapai puncak tertinggi yang bisa digapai.
Dan inilah hidup
manusia, kita hanya bisa ingin dan berencana, namun semua sudah ada di tangan
Sang Empunya Skenario Alam Semesta. Dari mimpi kedokteran hingga menjadi
Teknik. Dari Teknik Sipil terjun ke Hukum. Agribisnis berubah haluan menjadi
Sistem Informasi memberikan saya pengalaman terhebat dalam menyonsong masa
depan yang lebih berat.
Dan percayalah,
skenario Allah adalah yang terbaik bagi kita, betapapun manis atau pahit
rasanya.
( Syukur Ikhsani, Jakarta, 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar