Pamungkasnya Penantian

Jumat, 14 Desember 2018

@bepe20

"Apa jadinya, bila Persija Juara..."
-Ku Anak Jakarta, OBK-

Petikan lagu ini selalu membius saya sejak pertama kali mendengarnya pada tahun 2014. Selain lagu ini secara keseluruhan memang sangat ampuh membakar semangat anak Jakarta, petikan tersebut bagai mimpi dan harapan setiap Jakmania yang menyanyikannya, juga sebuah kritik dan ejekan bagi para pemain dan manajemen Macan Kemayoran yang terlena dengan catatan sejarah dan nama besar Persija. Lagu itu akhirnya hanya bisa dinyanyikan sepanjang tahun, di setiap edisi liga tanpa bisa terwujud dan dirasakan, hingga akhirnya yang ditunggu itu pun tiba....

2001.
Bola.com/Dok. Persija
Seorang anak ingusan memeragakan gol kemenangan Macan Kemayoran ke gawang Juku Eja di depan teman-teman sekelasnya. Bocah kecil itu mengikuti gaya cantik Bambang Pamungkas menyontek bola menembus gawang Hendro Kartiko yang sebenarnya sudah berusaha ekstra untuk menghalaunya sambil berguling-guling. Momen yang sangat berkesan bagi dia kala itu dan ternyata akan selalu terkenang di memorinya.


Lama Tak Juara

panditfootball.com

Semenjak pesta juara di tahun itu, tampaknya Persija sangat tidak akrab dengan gelar Juara. Pernah juara, namun hanya level turnamen Pra Musim. Bagai mencari pasangan hidup, Persija terus melakukan pendekatan kepada sang pujaan hati, Juara. Namun sayang tak pernah bisa melangkah ke jenjang pernikahan. Bahkan di tahun 2005 Persija pernah sebar undangan untuk menikah dengan 2 piala, namun apa daya malah kehilangan ijab kabulnya karena sang mempelai dibawa lari nikah Malang dan Jayapura. Mengenaskan.

Bisa jadi faktor Persija tak cepat kembali merengkuh gelar adalah faktor pendanaan dan stadion. Sekian tahun hidup dibantu dan dibiayai oleh pemerintah daerah melalui APBD, tetiba aliran dana itu dihentikan karena peraturan pemerintah. Manajemen gugup dalam menyiasati perubahan. Beberapa kali swasta datang namun ada saja masalah yang menghadang membuat tim ini sempat terpuruk dalam jurang kebangkrutan. Hal ini sempat membuat Jakmania terpaksa menyaksikan seorang Bepe pindah ke klub lain, bermain melawan tim yang membesarkannya, bahkan sampai tega membobol gawang Macan Kemayoran di depan mata pendukung garis kerasnya.

https://www.liputan6.com/bola/read/2315969/kura-kura-kecil-dalam-kolam-dan-saksi-bisu-macan-kemayoran

Belum lagi semenjak Lebak Bulus dinyatakan tak layak lagi dijadikan kandang Macan Kemayoran.  Lebak Bulus adalah neraka bagi setiap lawan Persija karena setiap pemain yang ada di lapangan bisa lansung merasakan getaran nafas, emosi dan pekikan suara dari setiap Jakmania yang hadir di tribun. Alih-alih pindah ke rumah SUGBK dengan nyaman atau menikmati rumah baru di kawasan ibukota, yang ada Lebak Bulus lenyap dari peta tanpa ada wujud pengganti dan tim kebanggaan Ibukota terpaksa transmigrasi ke stadion lain akibat hukuman serta jadwal kegiatan di sekitaran Senayan hingga pusat kota.

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/ama
Suka maupun tidak, kedatangan GW menjadi kunci perubahan paling besar dan utama. Isu utang yang sempat menimpa manajemen FP tetiba hilang. Manajemen mulai diperbaiki dari tingkat pembina hingga tim media dll. Semua elemen memainkan peran yang baik hingga tercipta skuad dan tim pelatih yang berkualitas dan kompak. Musim 2017 jadi bukti bahwa bangunan skuad Persija mulai terbentuk dan terarah. Barisan belakang menjadi lini paling solid dengan deretan pemain utama dan cadangan yang sama kualitasnya. Kedatangan Sandi Sute untuk menemani Rohit Chand menjadi jawaban dari kelemahan Persija di lini tengah. Persija menyelesaikan musim di posisi 4 dan dapat kehormatan mewakili Indonesia ke kancah Asia karena sudah lolos kriteria profesional dibanding klub yang ada di atasnya.

Dan di musim 2018, lini depan yang kurang menggigit di musim sebelumnya akhirnya dijawab dengan kehadiran sosok kancil Riko dan si Bongsor Simic. Gelar piala Presiden jadi bukti pertama bagaimana bangunan skuad ini sudah hampir sempurna dibangun. Mimpi dan harapan untuk menembus tradisi sangat kencang berhembus walau harus rela menyaksikan tim ini tersungkur di babak semifinal ASEAN Piala AFC. Persija pun sempat oleng karena kehilangan beberapa pemain andalan karena cedera dan panggilan timnas, namun klub efektif mencari dan memainkan pemain pengganti. Kedatangan Shahar, Orah, Osas dan Renan di transfer tengah musim menjadi bukti terkuat bagaimana bagusnya tim pelatih dan manajemen dalam melengkapi potongan puzzle di tim ini.

Hari Juara

Pertarungan Liga 1 memanas menjelang akhir musim. Persija mengulang cerita musim lalu menjadi tim yang garang menjelang garis finis. Kalah dari Persib dan Persebaya dibalas dengan deretan hasil memuaskan. PSM ditahan, Bali dihajar. Alamak Persija menyodok ke peringkat satu. Semakin sempurna dengan imbangnya PSM saat melawan Bhayangkara. Gaes, juara di depan mata. Sekarang atau jadi perjaka tua. Penantian panjang yang pastinya bukan saya saja yang ingin menyambutnya. Aroma tiket susah pun tercium laksana Final Piala Presiden. Saya mulai memasang intel dimana mana agar tiket aman di tangan. Apes sekali, saat tiket online mulai dijual, saya malah sedang sibuk dengan urusan pekerjaan. Padahal sudah refresh link tersebut tiap menit semenjak sore. Hebatnya akun resmi Persija bahkan tidak mengumumkan jadwal dan kuota penjualan. Ajaib. Saya pun membuka history email pembelian tiket di loket dan menemukan rumus 3 jam sekali pasti ada tiket kosong akibat ketentuan sistem pembayaran. Betul saja, jam 2 pagi sembari bermain mobel lejen, saya dengan semangat 45 membayar tiket secara lunas. Tidurku nyenyak sekali gaes :))

Spanduk dukungan Jakmania untuk Persija di Kawasan Manggarai, Jakarta Selatan - Bisnis/Samdysara Saragih

Hari H pun tiba. Pemasangan spanduk oleh beberapa Jakmania di sudut kota beberapa hari terakhir rasanya membakar semangat semua yang cinta dengan Persija. Blok S pecah dengan kedatangan ribuan penonton online yang ingin menukar tiket. Saya yang ingin menukar tiket pada jam 11 sembari berjalan-jalan dengan orang tua akhirnya memilih kembali ke rumah dulu karena tidak enak akan membuat beliau lama menunggu. Panjang sekali gan antriannya. Saya pulang ke rumah dan kembali ke Blok S dengan terburu-buru. Maklum cuaca mendung manja dan jalanan hari itu entah kenapa macet sekali. Di perjalanan, saya sempat bertemu dengan beberapa rombongan Jakmania yang sangat bergairah melakukan konvoi sambil bernyanyi menuju Stadion. Saya beserta tukang ojek pun saling melempar senyum dan semangat kepada mereka sembari menyusuri jalanan Ciputat - Blok S. Rasanya ibukota ini sudah sangat rindu dengan gelar juara. Singkat cerita tiket sudah di tangan dengan antrian yang sudah jauh berkurang, maka meluncurlah saya ke rumah kita tercinta, Stadion Utama Gelora Bung Karno.

twitter @12csl

Setelah bersantai sejenak di FX sembari menunggu teman, kami pun beranjak ke stadion dengan harap-harap cemas. Waktu menunjukkan pukul 15.15. Alamat sampe gerbang stadion sudah kick-off. Benar saja. Baru masuk di lingkaran stadion GBK, musik sudah menyala tanda tim sudah siap bertanding. Lansung kami berlari-lari kecil dari tenggara menuju barat. Badan sudah masuk ke dalam stadion, lalu kami terheran. Lah VIP sudah padat tak bergerak layaknya pantura di musim mudik lebaran. Sepertinya ada yang jebol atau pindah ke VIP nih. Namun saya ingat, kursi kami sepertinya bukan disitu. Jadi kami berlayar mengarungi gerombolan massa yang memenuhi pintu untuk menuju kursi VVIP. Dan alhamdulillah, disitu cukup ramah walaupun terasa tetap penuh. Kami pun memilih berdiri sambil melepas lelah pasca berdesakan tadi. Sempat iseng juga salaman sama Bang Diky Sekjen yang jaga di tribun itu. Lantas, kami pun mulai menikmati pertandingan.

Twitter @orenbarat

Gol-gol kemenangan itu pun datang. GBK lansung bergetar dengan riuhnya Jakmania. Walau begitu, hari itu tampaknya permainan Persija kurang berkembang, juga gairah dan semangat penonton tidak terlalu kencang seperti laga kandang sebelumnya. Tapi saya maklum, semua sedang tegang menantikan hal yang lama dinanti datang. Langkah menuju gelar juara semakin dekat, sedekat jarum di jam wasit berdetak mendekati waktu 90 menit pertandingan. Bahkan para penonton pun seakan tidak berani untuk bernyanyi 'Campione, Campione' di 10 menit terakhir. Seakan takut skenario yang dinanti tak jadi kembali.

Prit, priit, priiiit....!!!

Wasit meniupkan peluit panjangnya

EH COY, PERSIJA GUE JUARAAA...!!!

Semua mulai berlompatan, berteriak, tertawa, bersujud, menangis, tertegun, tak menyangka. Sekian lama menunggu, kamu datang juga. Dan kami semua di dalam stadion jadi saksi hidup kembalinya gelar ini. Di tempat yang sama. Dulu mungkin kami masih ingusan, masih belum mengerti dan cinta Persija, masih ada ayah, kakek, paman atau kerabat sesama pecinta Persija yang menemani kami hari itu melihat tim ini juara namun hari ini sudah tiada. Itulah panjang perjalanan menantikan gelar tak kunjung datang. Dan ini ternyata saatnya.

Bola.com / Muhammad Iqbal Ichsan,
Diantara semua yang ada di dalam stadion itu, mungkin hanya Bambang Pamungkas yang tetap tampil menjadi aktor utama. Tahun 2001 gol beliau yang dinanti, maka 2018 cukup kehadirannya di tengah lapangan yang dinantikan. Pesta yang sempurna, bukan, ketika melihat beliau turun sebagai pemain pengganti? Saking sempurnanya sore itu, saya tidak bisa berkata apapun hingga Ismed dan Bepe mengangkat piala Liga bersama-sama. Yang ada hanya rasa syukur dan kebanggaan atas nikmat dari Allah Yang Maha Kuasa. Malam itu makin paripurna dengan untaian lagu Queen. Woy, akhirnya saya merasakan getaran terbaik dari lagu ini. Sambil menengadahkan kepala ke atas langit, kedua tangan terkepal ke atas, mata terpejam rapat menahan gelombang tangis di pelupuk, saya berteriak lantang menyanyikannya bait itu...

"WE ARE THE CHAMPIONS, MY FRIENDS...!!!"

Hari menjelang gelap, tanda Maghrib datang. Saya beranjak pulang menuju Albina untuk sholat. Berjejer Pak Polisi dan Tentara menyelinap di antara para pendukung Persija di dalam barisan shaf sholat membuat saya merinding. Kadang tenaga dan mental di lapangan tak berarti apa-apa jika tak ada bantuan dari seluruh pihak, termasuk Allah. Iya. Kami juara karena settingan dan bantuan mereka semua.

tirto.id/Bhagavad Sambadha
Pasca makan malam, saya merasa ingin menikmati Jakarta lebih lama lagi. Tampaknya naik bus melewati Bundaran HI adalah pilihan yang tepat sambil mencari bus arah Harmoni-Lebak Bulus. Bundaran HI katanya adalah pusat perayaan warga ibukota. Saya penasaran seperti apa ketika Persija juara. Rencana indah itu meleset di 10 meter menjelang Halte Dukuh Atas ketika bus yang saya tumpangi mulai tak bergerak. Saya rasa teman-teman Jakmania sudah mulai berpesta di ujung jalan. Sesampainya di halte, saya memilih turun dan menyusuri trotoar ibukota yang makin cantik itu. Kanan kiri Jakmania bernyanyi di atas kendaraan masing-masing. Pemandangan langka yang memang jarang terjadi di kota ini. Sesampainya di Bundaran HI, pesta sudah semarak. Namun sebagai warga ibukota yang baik, saya memilih untuk menikmati malam itu dengan cara yang berbeda. Berbekal jersey dan syal Persija, saya berpesta sambil mengatur jalanan paling terkenal di ibukota itu. Iya. Saya ingin berbagi kebahagiaan malam itu dengan warga lain yang terjebak kemacetan. Setidaknya helaan napas lega mereka pasca melewati Bundaran HI semoga menjadi doa untuk Persija juara kembali di musim depan. Bukan berharap cacian dan doa jelek agar Persija jangan juara lagi ye kan karena sudah nyusahin mereka. Karena kota ini jarang juara, maka mari kita biasakan dan bahagiakan mereka dengan pesta Juara kita bersama.

Bola.com / Vitalis Yogi Trisna

Kota ini jarang juara, maka biasakanlah agar juara jadi kebiasaan. Karena kota ini sejatinya kota para pemenang, kawan :)

2018.
Seorang pemuda tanggung mencoba menembus lautan manusia yang memadati tribun untuk menyaksikan secara lansung tim kebanggaannya berlaga. Di lapangan pemain berjuang untuk mencetak gol lalu menjaga gawang agar tak kebobolan. Di tribun semua bernyanyi dan berdoa agar tim tampil baik dan memenangkan pertandingan. Ini semua demi satu tujuan. Satu piala,yang sudah lama dinanti, akhirnya diangkat oleh dua legenda hidup panutan semua bagian tim. Pemuda itu menangis melepas rindu yang lama terpendam, akhirnya bertemu dengan sang impian, JUARA LIGA INDONESIA. Hal yang selama ini hanya tergaung indah di nyanyian atau sekedar bermimpi saking pulasnya sang macan tertidur.

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/ama

Ayo Persija, jadilah juara!
Kita rayakan bersamaaa....
Terserah mereka, ku hanya cinta Persija
Kami selalu bersamamuuu...!
-Kami Bersama Persija, Circle Cloud-


Dari bocah ingusan di tahun 2001,
hingga jadi pemuda tanggung di tahun 2018.
Cerita tentang orang yang sama kawan.

Itu saya.
Syukur Ikhsani,
Alumni Jak Refresh (y)


Jakarta, 14 Desember 2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2016. Syukur Ikhsani.
Design by Herdiansyah Hamzah. & Distributed by Free Blogger Templates
Creative Commons License